Glitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word GeneratorGlitter Word Generator

01 Januari 2009

AL-BUSYRA

Salah satu cara menjadi tujuan hidup bagi orang-orang yang menjalani jalan Allah adalah berusaha untuk dapat mencapai apa yang disebut dengan al-Busyra, yang merupakan suatu kemenangan atau keberuntungan besar bagi orang yang dapat mencapainya. Istilah al-Busyra ini disebutkan dalam al-Quran:
لهم البشرى فى الحياة وفى الآخرة لا تبديل لكلمات الله ذلك هو الفوز العظيم (نونس: 64)
Artinya: "Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan-perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS. Yunus: 64)
Dihubungkan dengan firman Allah di dalam surat al-Rahman ayat 46: لمن خاف مقام ربّه جنّتان (Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga (surga dunia dan surga akhirat). style="font-family:arial;font-size:85%;">
Pengertian surga di akhirat telah jelas bagi kita yakni balasan (ganjaran) yang diberi Allah berupa kenikmatan kepada orang-orang yang melaksanakan perbuatan kebajikan (amal saleh) selama hidup di dunia dengan hati yang ikhlas dan semata-mata mengharapkan ridla Allah SWT. Adapun pengertian surga di dunia adalah perasaan ketenangan jiwa, kebahagiaan, kegembiraan dan kesejahteraan hidup di dunia, jauh dari perasaan gelisah dalam hidup perasaan tidak tenang dan ganjalan-ganjalan kehidupan lainnya.
Seseorang yang belum mendapatkan syurga di dunia, maka jangan harap akan menikmati surga di akhirat. Dengan demikianmaka syarat untuk mencapai surga di akhirat terlebih dahulu surga di dunia harus didapatkan. Bagaimana akan dapat mencapai surga di akhirat yang bersifat baqa itu, sedangkan surga di dunia belum lagi ditemukan.
Kekayaan, harta benda yang melimpah ruah, kemuliaan dunia, pangkat, kedudukan, tidak menjadi ukuran dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Tidak jarang ditemukan dalam kehidupan ini, justru orang-orang yang kaya raya, orang-orang yang berpangkat dan mempunyai kedudukan serta jabatan yang tinggi, mereke belum menemukan kebahagiaan hidup di duni ini, karena perasaan resah dan gelisah selalu menyelimuti hidupnya, perasaan tidak tenang senantiasa menghantui. Kebahagiaan yang mereka rasakan hanya kebahagiaan semu dan sementara sifatnya.
Al-Busyra (kebahagiaan hiudp di dunia) atau surga yang dinikmati dalam kehidupan dunia bukanlahsesuatu kebahagiaan yang diikat oleh pandangan material semata, akan tetapi sudah bersifat kejiwaan, yakni perasaan batin yang sejuk, ketentraman jiwa dan kebahagiaan dan ketenangan di dalam menjalani kehidupan dunia.
Kadang kala al-Busyra ini diperoleh oleh orang-orang biasa, orang-orang golongan menengah atau rakyat jelata. Mereka dapat menjalani hidup dengan perasaan tenang dan jiwa optimis, tidak terikat batinnya kepada kemewahan dan keindahan dunia.

Bentuk al-Busyra yang harus dicapai:

1. Madzaqatul Iman (مذاقة الإيمان)
Yakni perasaan gembira karena telah diberi iman oleh Allah SWT. Hati merasa bersyukur kepada Allah karena telah diberi-Nya suatu karunia yang besar berupa iman—kekayaan jiwa yang tiada ternilai.
Iman serta hidayah yang diberi-Nya kepada kita harus disyukuri. Rasa syukur ini harus dilatih dan dipupuk terus-menurus sehingga dari hari ke hari akan terus meningkat.
Perasaan gembira karena iman yang telah diberikan Allah, tanpa terasa keluar tetesan air mata, berderai karena terharu dan syukur. Apabila perasaan gembira telah diberi Allah iman tidak dirasakan, maka berarti seseorang itu belum mendapatkan madzakatul iman.
Madzakatul Iman tidak sama pengertiannya dengan 'Ujub, karena yang disebut Ujub adalah merasa diri lebih hebat sehingga merasa kagum dengan kehebatan diri sendiri dan timbul bangga karena merasa terangkat derajatnya, sedangkan madzakatul iman adalah perasaan syukur dan gembira (senang) kepada Allah karena telah diberi-Nya suatu karunia besar berupa iman.

2. Madzaqatul Ibadah (مذاقة العبادة)
Yakni perasaan gembira karena sudah dapat beribadah kepada Allah. Al-Busyra pangkalnya adalah Hayya `ala al-shalah dan Hayya `ala al-falah (حيّ على الصلاة حيّ على الفلاح) Rasulullah SAW setiap tiba waktu shalat, beliau menyuruh kepada Bilal: "Arihna Ya Bilal" (Gembirakan kami wahai Bilal). Shalat merupakan wahana kegembiraan bagi seorang muslim. Ketika shalat, hilang semua persoalan-persoalan rumit dan timbul jiwa tawakkal kepada Allah, lahir perasaan optimis dalam menghadapi kehidupan. Di dalam shalat ditemukan kenikmatan jiwa atau kesejukan batin, perasaan nikmat dalam beribadah kepada Allah SWT.
Pengertian ibadah di sini adalah dalam arti luas, mencakup segi-segi ibadah dalam arti umum, berbuat baik kepada sesama makhluk, menolong orang lain dalam kesusahan (bersedekah) dan sebagainya.
Perasaan syukur kepada Allah karena dapat berbuat baik kepada orang lain. Menolong orang lain dalam kesempitan, membela orang sedang susah bernilai pahala tujuh kali ganda di sisi Allah. Sikap berbuat baik kepada orang lain harus kita pupuk terus menerus sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan bagi kita. Dalam menolong orang lain jangan pandang bulu, jika ia memerlukan suatu pertolongan dari kita maka pertolongan itu harus kita berikan.

3. Qana`ah (القناعة)
Secara sederhana qana`ah ini dapat diartikan dengan mencukupkan apa yang ada, mensyukuri karunia Allah yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita tanpa ada keluhan-keluhan yang keluar sedikit juapun.
Menurut pendapat al-salaf al-salih: "Qana`ah itu adalah separuh dari iman." Orang yang memiliki sifat qana`ah ini, terhadap masalah-masalah dunia ia tidak panjang angan-angan, tidak mengkhayal sesuatu yang di luar batas kemampuan untuk menjangkaunya. Akan tetapi ia mensyukuri segala nikmat Allah yang telah diberikan-Nya, tidak memikirkan yang tidak ada atau yang belum. Allah tidak akan memberi anugerah kepada orang yang tidak bersifat qana`ah, dan ia akan sulit menemukan al-Busyra dalam hidupnya.
Yang perlu dilatih adalah mensyukuri kepunyaan sendiri yang diberi Allah kepada kita. Jangan mencari atau mengkhayal yang tidak ada, sehingga dengan sikap demikian al-Busyra akan ditentukan.
Imam al-Syafi`i mengatakan:
لو كنت ذا قلب قنوع # أنت ومالك الدنيا سواء
(Jika engkau mempunyai sifat qana`ah, sama halnya engkau dengan seorang raja).
Maksudnya, seseorang yang mempunyai sifat qana`ah keadaannya selalu cukup, karena sikapnya mencukupkan atau mensyukuri apa yang ada padanya. Hatinya kaya dan gembira karena sifat qana`ah itu.

4. Ridla (الـرضى)
Yakni perasaan senang dan syukur atas segala pemberian Tuhan kepada kita, perasaan senang pada batin bahwa segala yang ada ini adalah dari Allah dan bersyukur kepada Allah atas segala pemberian-Nya itu.

5. Cinta dan Rindu kepada Allah (الحبّ والشـقاوة)
Bagi orang yang telah menemukan perasaan cinta dan rindu kepada Allah, maka segala sikap dan pola berpikirnya selalu didasari oleh nilai-nilai kecintaan kepada Allah.
Pendapat ini timbul dari seorang sufi wanita terkenal bernama Rabiatul Adawiyah. Beliau berpendapat bahwa maqam yang tertinggi dalam ilmu tasawuf adalah Cinta dan Rindu kepada Allah. Diyakini bahwa kemampuan untuk mencapai maqam Cinta dan Rindu kepada Allah ini memang betul-betul merupakan anugrah dari Allah.
Maqam ini akan dapat dicapai apabila seseorang telah lulus menjalani latihan (riyadah) seperti tersebut pada poin 1 sampai 4, yakni telah menemukan rasa manisnya iman, telah merasakan lezatnya beribadah kepada Allah, memiliki sifat qanaah dalam hidup dan bersikap ridla kepada Allah.

6. Thalabul Liqa` (طلب اللقاء)
Yakni usaha atau keinginan untuk dapat bertemu Allah di dunia ini juga. Pendapat para sufi mengatakan bahwa "siapa yang tidak bertemu Allah di dunia, maka ia tidak akan bertemu Allah di akhirat."
Dasar pegangan mereka adalah firman Allah SWT:
ومن كان فى هذه أعمى فهو فى الآخرة أعمى وأضلّ سبيلا (الإسراء: 72)
Artinya: "Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). (QS. Al-Isra: 72)
Yang dimaksud dengan liqa` (bertemu Tuhan) di dunia bukanlah dalam pengertian zahir. Kita telah mengetahui bahwa Tuhan bersifat Laisa Kamitslihi Syaiun" (tidak bermisal dengan segala sesuatu yang baharu). Jadi pengertian liqa (bertemu Tuhan) di dunia adalah menemukan dan menyaksikan tanda-tanda (bukti-bukti) kekuasaan Allah di muka bumi ini. Semakin yakin ia dengan kekuasaan dan kebesaran Tuhan itu semakin banyak ia temukan semua itu dalam hidupnya di dunia ini.
Jiwanya selalu optimis, hatinya selalu gembiri dan senang karena ia telah melihat tanda-tanda (bukti-bukti) kekuasaan Tuhan di dunia ini, sehingga ada harapan baginya untuk dapat bertemu Tuhan di akhirat kelak.
Salah satu resep yang terpenting dalam usaha menemukan al-busyra dalam hidup ini adalah kepandaian menyenangi diri sendiri dengan ingat kepada Allah, sehingga hidup ini selalu ditemukan di dalamnya kesenangan, perasaan gembira lahir batin.

Tidak ada komentar: